Selasa, 23 Juli 2013

BIOPESTISIDA ADALAH KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT INDONESIA

Indonesia yang di anugrahkan oleh tuhan, dengan kekayaan alam yang sangat luar biasa, kekayaan budaya yang sangat melimpah dan letak secara geografis yang sangat ideal. terkadang Keidealan letak geografis Indonesia, tak sering Negara-negara yang terletak tidak beruntung seperti Indonesia, ingin menguasai wilayah indonesia . sejarah telah berbicara fakta-fakta ini, mulai dari bangsa portugis, bangsa inggris, bangsa belanda maupun bangsa jepang yang dulu sempat berusaha merebut wilayah Indonesia sebab, kekayaan alam yang sangat melimpah. keidealan dari letak geografis Indonesia, membuat Indonesia memiliki dua musim yang secara periodesitas musim-musim ini selalu bergantian, yakni musim hujan dan musim kemarau. Dengan situasi dua musim ini, membuat wilayah Indonesia ketika ditanami berbagai tanaman dapat tumbuh dengan baik dan tanaman dapat tumbuh dengan subur. Tanah yang selalu bermetamorfosa, serta dilengkapi gunung berapi yang membuat struktur dan tekstur tanah Indonesia menjadi tanah yang sangat subur dan ideal untuk ditanami berbagai jenis tanaman. Serta letak relief yang bervariarif membuat semakin banyak tanaman yang dapat dikembangkan diindonesia. Kesuburan tanah merupakan kekayaan yang amat berarti bagi Indonesia, sebab tanah suburlah adalah sumber dari inti kehidupan. Tanaman dapat tumbuh dengan baik dan subur, persediaan pangan tersedia dari tumbuhkannya tanaman dari tanah yang subur. Berbagai jenis tumbuhan dapat hidup ditanah Indonesia, bahkan tongkat pun dapat tumbuh. Betapa luar biasa tanah yang dimiliki Negara ini. Dengan berjalannya waktu, bertambah cerdasnya manusia, mulai secara beransur-ansur tanah dimanfaatkan untuk kegiatan bercocok-tanam, atau kegiatan bertani. Dari sejak dulu, bahkan jaman kerajaan, bangsa Indonesia telah mengenal dengan bercocok tanam atau bertani. Bila dulu masyarakat bertani untuk mencukupi kebutuhan primernya yakni untuk pangan namun dengan berjalannya waktu, bercocok tanam juga dapat memcukupi kebutukan tersier, sebab semakin bertambahnya umur jaman, bertani sudah memprioritaskan akan pendapatan dan keuntungan dengan cara menjual hasil dari bertani tersebut. Berbeda dengan jaman dulu, bertani memprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan bila hendak menginginkan sesuatu, mereka dapat menukar dengan system barter untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Sekarangpun kebutuhan tersier bisa didapatkan dengan membeli apa yang diinginkan dari keuntungan bertani tersebut. Dari perkembangan pola pikir petani, sekarang beransur ansur petani berfikir untuk memaksimalkan hasil bertani mereka dengan apa yang telah disediakan sekarang ini. Dewasanya jaman, segala apa pun harus dikerjakan secara efisien. Riset-riset mulai digalakkan untuk mendapatkan suatu kesimpulan demi kemajuan suatu peradaban. Tak hayal pula, disektor teknik bercocok tanam atau pertanian. Di Negara maju telah digencar-genjarkan riset untuk mendapatkan hasil yang maksimal dengan pengembangan teknologi yang dimiliki. Negara berkembang seperti Indonesia juga mengikuti langkah Negara maju, untuk melaksanakan berbagai riset agar dapat mendapatkan hasil yang maksimal dari kegiatan bertani. Sehingga berbagai percobaan diuji cobakan diindonesia, dari mulai dari teknologi pembenihan, teknologi hama serta teknologi pemupukan atau bisa disebut teknologi pemeliharaan. Sejarah telah mencatat, bahwa Indonesia telah melakukan langkah pembaharuan disektor pertanian. Revolusi hijau adalah sebutan suatu peristiwa yang sangat bersejarah untuk sector pertanian. Revolusi hijau yaitu sebuah program yang bertujuan untuk peningkatan volume kapasitas pangan, dengan meninggalkan cara bertani konvensional ke bertani secara modern. Intensifikasi digalakan, pengembangan jenis tanaman unggul di uji cobakan dilapangan sehingga yang mayoritas tanaman jenis unggul memiliki umur yang relative pendek menjadikan intensitas penanaman pertahun semakin bertambah. Akibatnya, tenaga kerja yang dibutuhkan lebih banyak. Demikian juga keharusan pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit akan menambah kebutuhan tenaga kerja. dahulu, sebelum moderisasi menyentuh disektor pertanian dan umur penanaman masih relative panjang, dalam pemenuhan pupuk dan teknik pengendalian hama, masyarakat cukup melakukan teknik tradisional dalam upaya pemenuhannya. Pupuk disuplai dari hasil limbah(kotoran) hewan ternak dan dalam upaya pengendalilan organism pengganggu tanaman (OPT) petani cukup meracik suatu obat dari berbagai jenis tanaman yang didapat dari lingkungan sekitar untuk mencegah dan membasmi OPT. Bila ditelisik secara lebih dalam, sebetulnya dari sejak dulu masyarakat sudah mempunyai resep-resep obat herbal untuk menangani gangguan OPT. Dari obat untuk menangani hama wereng, penyakit keriting pada tanaman cabai, dan berbagai penyakit pada tanaman yang membuat para petani merugi, itu sudah ada. Namun sejak moderisasi dan digalakannya obat-obat kimia yang sangat ampuh dalam mengendalian OPT dan sangat praktis dapat menghilangkan OPT, serta hasilnya sangat memuaskan. Secara beransur-ansur para petani berpaling dari obat-obat tradisional ke obat-obat kimia dalam kemasan yang sangat praktis. Sehingga dari beralihnya budaya bertani ini, para petani pada saat ini, seperti bagaikan sudah kecanduan “ klo bukan obat ini saya tidak puas” sehingga berapa pun harga obat tersebut, maka para petani rela untuk membeli obat tersebut tanpa berfikir panjang walaupun sampai mereka hutang. Sebenarnya obat-obat kimia untuk mengatasi berbagai hama tersebut adalah juga obat-obat yang dapat berbahaya bagi manusia. Tak sedikit kasus sebab keracunan pestisida hingga dilarikan kerumah sakit. Kemajuan teknologi di segala aspek tak merelakan kebudayaan,tradisi dan kearifan lokal yang telah lama dipertahankan, dipraktekkan dan diterapkan, mulai lamban laun beransur-ansur mulai luntur. Resep resep dari tumbuh-tumbuhan tuk dijadikan pengendali OPT atau yang disebut biopestisida juga mulai luntur dan mulai dilupakan oleh para generasinya. Sebenarnya biopestisida ini, yang merupakan kearifan local masyarakat petani Indonesia juga ampuh untuk pencegahan dan penanggulangan hama. Namun dari kurang praktisnya biopestisida ini, dan juga jenis tanaman-tanaman sebagai bahan mulai sulit didapatkan sehingga mereka selalu memilih pestisida kimia untuk menangani gangguan OPT. semakin sadarnya masyarakat, semakin dalam masyarakat mulai berfikir tentang semakin mahalnya harga obat pestisida kimia yang tak diimbangi dengan harga hasil pertanian mereka dan resiko bahayanya obat pestisida kimia. Mereka sekarang ini sudah mulai membicarakan dan mencari resep resep biopestisida ini kembali. Walaupun bahan-bahan sudah mulai sulit dijumpai, mereka melakukan usaha penanaman kembali tanaman-tanaman yang berpotensi dapat dijadikan biopestisida. Dan sekarang ini, sudah mulai pula pengusaha melihat pasar ini, sehingga para pengusaha memulai usaha untuk memproduksi biopestisida yang aman untuk digunakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar